Wikileaks bukan fenomena alam, tapi gebrakan besar bagi dunia nyata yang berasal dari dunia maya. Jika sebelumnya di Indonesia sudah ada beberapa kasus yang menyangkut dunia maya, misal: kasus Prita, maka bisa dikategorikan kasus-kasus kecil tersebut adalah pra-pra (baca: awal dari pra)-kasus besar dari dunia maya. Mengapa dikategorikan seperti itu? Karena pra kasus besar yang berasal dari dunia maya ke dunia nyata telah terjadi sekarang yaitu dari bidang jurnalistik, muncul Wikileaks.
Pra-Pra Kasus Besar
Pra-pra-kasus besar itu seolah menjadi sentilan kecil dari sisi negatif sekaligus pula sisi positif pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di dunia. Dalam kasus-kasus pemanfaatan TIK, seringkali yang menjadi bahan perdebatan adalah ‘kenyataan’ dan ‘seharusnya’. Hal ini terkait dengan masalah sosial nyata, yang kemudian meluas merambah ke masalah sosial laten.
Pra-pra kasus besar ini mucul dengan faktor pengetahuan manusia akan kebebasan berbicara yang masih kurang, sikap menghargai orang lain yang kurang pula, dan pengetahuan hukum yang kurang, serta kekurang intensifan alat-alat hukum sendiri dalam menegakkan peradilan di dunia maya.Kasus yang meloncat dari dunia maya ke dunia nyata ini seringkali bermula dari dunia nyata sendiri. Bermacam hal menyangkut psikologi manusia sebagai user dari internet telah menyuguhkan sedikit demi sedikit kasus yang terpantau maupun tak terpantau. Bullying misalnya, berbagi cerita saja, penulis pernah melakukan dan dikenai bullying lewat internet. Bullying itu, setelah penulis pikirkan memang selalu terkait dengan emosi manusia saat melakukan bullying tersebut.
Pra Kasus Besar
Sesuai dengan pembicaraan mengenai cybercrime yang menyangkut masalah sosial, maka sampailah pada masalah sosial laten. Yang dikhawatirkan dari munculnya kasus-kasus kecil cybercrime (kejahatan di dunia maya) yang kemudian menjadi pra-pra kasus besar, adalah cybercrime yang dibiarkan begitu saja melanggeng di dunia maya dan menjadi ‘sudah biasa begitu mau diapain’.
Wikileaks, situs yang begitu gencar mencari top secret negara-negara di dunia, penulis kategorikan sebagai pra kasus besar. Situs ini penulis kira sebagai kelanjutan cybercrime kecil-kecilan, yang objeknya adalah negara-negara di dunia dan bukan orang perseorangan. Lalu mengapa penulis kategorikan sebagai pra-kasus besar? Sesuai dengan etimologi, yang pra berarti awal, sehingga artinya adalah awal dari kasus besar lainnya. Seperti yang penulis baca dari opini Kompas Desember, hal ini seperti peristiwa 11 September 2001 yang ternyata lambat laun disadari hanyalah gejala perang dingin..
Dengan meledaknya pemberitaan mengenai Wikileaks, maka terbukalah pintu pada Wikileaks untuk menuju popularitas dan memonopoli berita. Wikileaks dengan mudah menjadi sumber yang patut diperhitungkan dalam mengambil kesimpulan suatu permasalahan. Masalahnya adalah apa yang dibuka ke publik oleh Wikileaks tidak mendukung perdamaian. Pemberitaan dari dokumen-dokumen yang diupload oleh Wikileaks di situsnya menyatakan bahwa karenanya, kepercayaan antar negara-negara menjadi berkurang. Padahal yang sering di singgung di Wikileaks adalah gossip-gossip murahan mengenai petinggi negara. Hal ini menunjukkan bahwa ada dan bahkan lebih besar kuasa personalitas seorang petinggi negara dalam menjalankan arah negaranya menuju ke mana dari pada rakyatnya sendiri.
Hanya memihak satu posisi, itulah yang dilakukan oleh Julian Assange. Seperti halnya orang media pemberitaan, tentu akan sangat mendukung kebebasan pers. The world is ruled by news, suatu yang bisa dibuktikan melalui Wikileaks. Namun Assange tak berpikir bahwa langkah lebar yang dimulainya itu juga berdampak pada suatu negara yang sedikit sekali, bahkan mungkin tak tersentuh pembocoran dokumen-dokumen di situs Wikileaks.
Indoleaks
Indonesia, negara yang laju penduduknya tinggi sehingga lahirlah banyak para pemikir muda yang biasanya lebih kreatif. Kekreatifan itu diwujudkan salah satunya dengan membangun sebuah situs Indoleaks, tiruannya Wikileaks yang hanya memiliki range di dalam serta hubungan keluar negeri negara Indonesia saja. Situs Indoleaks ini menerima segala dokumen yang berkaitan dengan top secretnya negara Indonesia. Jika hal ini dibiarkan, maka akan timbul lebih banyak perdebatan lagi sehingga kebenarannya sendiri terkaburkan.
Indonesia seperti biasa akan banyak para pemikir berasumsi, berspekulasi, dengan menggunakan dasar yang mungkin tidak benar. Jika sudah begitu, jadilah hukum negeri ini yang sudah kabur dari penglihatan menjadi semakin kabur, dan bertambah semrawut. Dengan kesemrawutan ini, pihak-pihak yang tak bertanggung jawab dapat mengambil kesempatan untuk sekali lagi meloloskan diri dari jeratan hukum, seperti biasa bukan?
Sisi Positif
Tapi di sisi lain dari pembocoran dokumen-dokumen itu, masyarakat di uji kepercayaannya, dan dalam sejauh mana pengetahuan yang dimiliki masyarakat dapat diukur dari sini. Masyarakat diberi ruang untuk berpikir dan mengambil pilihannya sendiri, beruntunglah di negara kita tidak dilarang untuk membaca situs Wikileaks.
Tak mudah jika berpikir tentang fenomena Wikileaks yang kemudian meluas ke berbagai sektor kehidupan hingga mungkin ke bagian perandaian yang dapat mengancam kehidupan, perang misalnya. Tapi dalam dampak-dampaknya itu tidak selalu sisi negatif yang muncul, namun juga sisi positif. Setidaknya fenomena ini dapat menjadi bahan pemikiran untuk kemudian diambil sisi positifnya. Fenomena Wikileaks menjadi bahan pengetahuan, dan melalui pemikiran menjadi manfaat edukasi yang melahirkan kesimpulan untuk bekal penentu bagaimana sikap kita di masa depan.
Seperti halnya masalah lain, fenomena Wikileaks adalah life examination bagi orang-orang yang tersangkut dalamnya. Namun bagi kita, masyarakat yang tak memiliki sangkut paut apapun baiklah jika menganut Veni, Vidi , Vici, karena toh tak ada ruginya untuk mengetahui, mencoba ambil bagian, dan mengambil kemenangan yang terwujud dalam sikap hidup yang lebih baik.